Ngomongin Ibu-ibu Sosialita

Kemarin gue lagi duduk sendirian di sebuah cafe yang berada di dalam Mall Grand Indonesia sambil ngetik skenario calon film layar lebar gue sendiri, Relationshit yang bakal rilis taun depan.

Saat gue konsen nulis dialog antara Supri dan Ningsih, konsentrasi gue terpecahkan oleh suara gelak tawa ibu-ibu yang berkumpul di belakang gue. Gue sempet nengok ke belakang, mata gue langsung berkunang-kunang karena silau melihat perhiasan di sekujur tubuh ibu-ibu itu. Gue sempet mikir, tiap hari mereka memakai gelang, kalung dan cincin yang bahannya entah emas, timah atau porselen yang gue taksir seberat 20 kiloan itu. Dengan beban segitu di sekujur tubuh, harusnya badan mereka bisa lebih sangar dari Lisa Rumbewas.

Cewek legenda olahraga angkat besi Indonesia.

Gue nyoba konsen ngetik lagi, tapi lagi-lagi konsentrasi gue dipecahkan oleh kedatangan seorang ibu-ibu yang dateng membawa sebuah tas impor baru. Ibu-ibu lain heboh banget ngeliat tasnya. Terus ibu-ibu yang baru dateng itu bilang, "Eh jengg... Saya dapet tas LV ini dari diskonan di Paris loh.. Cuma 55 juta.."

Beberapa saat kemudian, ibu-ibu lain langsung teriak dengan suara ala paduan suara sekte sesat dengan ekspresi takjub, "AAAKKK!! KOK MURAH JENG?!"

"Anjir.. Tas harganya 55 juta dibilang murah. Ini ibu-ibu suka makan pake lauk nuklir kah?" Gumam gue waktu itu.

Tapi dari obrolan soal tas itu, gue malah mikir, "Tas doang harganya Rp. 55 juta? Itu tas apaan? Kalo dijambret di jalan, tasnya bisa pulang sendiri apah?"

Kehebohan mereka masih berlanjut dan bikin gue bener-bener nggak bisa konsen nulis skenario gue lagi. Gue pun cabut, pulang dengan keadaan hati yang jengkel. Sesampainya di rumah, gue googling dan nyari-nyari info, sebenernya pada ngapain ibu-ibu itu berkumpul. Dan setelah beberapa saat, gue pun nemuin istilah "Ibu-ibu Sosialita" yang cukup menggambarkan kegiatan ibu-ibu yang gue temuin sebelumnya itu.

Nah, di sini gue bakal ngeshare tentang beberapa ciri ibu-ibu sosialita sesuai hasil riset gue. Semoga bisa menambah pengetahuan kalian.

Suka Arisan
Kegiatan rutin ibu-ibu sosialita adalah arisan. Tapi arisannya bukan sembarang arisan kayak ibu-ibu PKK. Yap, iuran arisannya itu bisa sampe berjuta-juta. Tapi biasanya, iuran arisannya masih kalah gede dibanding duit yang harus mereka keluarin buat persiapan arisannya seperti: Make-up, Perhiasan, Pakaian, dan Gadis perawan buat persembahan dewa.

Hedon
Seperti yang gue bilang di atas, barang-barang yang dimiliki oleh ibu-ibu sosialita itu nggak ada yang murah. Tas doang bisa ampe puluhan juta harganya. Bahkan, ada juga tas mereka yang harganya sampai ratusan juta. Gue penasaran, kayak apa sih bentuk tas yang harganya ratusan juta itu? Apa di dalam tas itu ada TV, home theater, dapur, kamar mandi dan garasi? Atau, apa tas itu tahan api, peluru dan bencana alam? Atau jangan-jangan tas itu bisa berubah jadi jet-pack dalam keadaan darurat?

Make Up W.O.W
Ibu-ibu sosialita yang gue temuin kemarin, dandanannya nggak ada yang biasa. Ada yang make sanggul tinggi banget. Gue curiga itu sanggul juga bisa dipakai buat alat penguat sinyal handphone. Selain sanggul, make-up yang nempel di wajah mereka juga nggak wajar. Yang paling mencolok adalah bulu mata. Tebal dan panjang banget. Dengan bulu mata sepanjang itu, kalo mereka ngedipin mata dengan kecepatan tinggi secara rame-rame, mungkin mereka bisa menciptakan angin topan.

Narsis
Kalo udah dandan heboh dan punya aksesoris mahal, tentunya bakal mubadzir kalo nggak dipamerin kepada dunia. So, sering-sering selfie atau foto-foto sendiri dan di-share ke social media adalah kegiatan wajib.

Tapi biasanya nggak cuma wajah, barang-barang branded yang mereka beli juga mereka pamerin ke social media. Misal, upload foto lagi makan steak. Gambar steaknya cuma menghabiskan 25% dari frame foto. Sisanya? Gambar sepatu baru yang ditaroh di sebelah steak itu. Ntah mereka make tuh sepatu buat ngalusin daging steaknya atau gimana.

Kembali ke soal selfie-nya ibu-ibu sosialita. Seru sih ngeliat ibu-ibu berumur yang masih segar dan enerjik berpose menggemaskan. Tapi yang jadi masalah, sebagian dari ibu-ibu sosialita ini nggak sadar diri kalo mereka sudah terlalu tua untuk berpose dengan gaya tertentu. Misal gaya "Chibi", terakhir liat temen nyokap yang usianya udah 50an nge-upload foto gaya chibi di Facebook, gue kehilangan semangat hidup selama seminggu. Rasanya kayak abis liat berhala yang sedang puber.

Suka Nyumbang
Tapi di samping segala kebiasaan-kebiasaan 'wah' mereka, ibu-ibu sosialita itu juga terkenal dermawan. Mereka suka menyumbangkan sebagian dari harta mereka untuk orang-orang kurang mampu. Mereka juga suka melakukan kegiatan-kegiatan sosial secara rame-rame untuk mendukung orang-orang yang membutuhkan. So, mungkin di titik ini gue setuju mereka disebut ibu-ibu sosialita, karena kesadaran mereka akan kehidupan sosial ternyata tinggi juga.

So, kesimpulan yang bisa gue ambil dari ibu-ibu sosialita ini, mereka adalah sekumpulan orang yang bingung cara ngabisin duit gimana. Mungkin suaminya kalo pilek, ingusnya berbentuk duit. Nah, syukurlah mereka menghabiskan duitnya dengan cara yang positif. Yap.. Gue tetep bilang gaya hidup hedonis mereka positif selama tidak merugikan orang. Duit juga duit mereka sendiri ini. Dan hobi mereka nyumbangin sebagian harta mereka adalah hal yang sangat layak diacungin jempol. Gue sebel sama orang yang suka pamer, tapi pelit.

Yap.. Kayaknya itu aja dulu beberapa ciri ibu-ibu sosialita yang bisa gue share di sini. Semoga info ini bisa nambahin pengetahuan kalian semua. Maaf-maaf kalo ada bagian dari tulisan gue ini yang kurang berkenan di hati. Kalo lo tau ada ciri-ciri lain dari ibu-ibu sosialita yang belum gue sebutin di atas, silakan share di comment box ya!

Oiyah! Selamat hari blogger nasional! Semoga kita semakin semangat buat berbagi info dan ilmu! Ciao!

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Ngomongin Ibu-ibu Sosialita"

Posting Komentar