Youtube Lebih dari TV?

As a man who has been living long enough to see the evolution of social life.. Halah... Gak perlu pake bahasa Inggris. Gak nambah ganteng juga.

Jadi gini, kemarin gue kaget liat keponakan, masih TK, tiba-tiba nyeletuk, "I don't give a f*ck, Bi*ch!", sebagai seorang Om yang budiman, gue shock mendengar kalimat itu keluar dari bibir bocah yang makan bubur aja kadang ngunyahnya belum halus. Gue pun nasihatin dia,

"Dek.. Gak boleh ngomong gitu. Gak baik." Ucap gue sambil mengelus kepalanya pake tongkat baseball.

Lalu dia melompat-lompat sambil menjawab, "I d*nt give a f*ck, bi*ch! I don't-I don't give a f*ck! Boom!"



Sesaat kemudian tongkat baseball yang tadi gue pegang retak, dan kepala tuh bocah keluar darah.

Becanda ding...

Yep.. Seperti yang gue pelajari, gak ada anak nakal, yang ada adalah anak yang meniru. Begitu juga dengan keponakan gue itu. Dia tidak berniat untuk berbuat hal yang tidak baik di mata kita. Dia hanya meniru hal-hal menarik dan keren di matanya. Dan benar saja, ternyata dia meniru apa yang sering dia lihat di Youtube. Gue yakin, sebagian besar dari kalian ngerti video macam apa yang ditonton dan ditiru sama keponakan gue itu.

Gue jadi nyadar, dulu zaman muda, gue suka bikin tulisan-tulisan yang cenderung joke-nya jorok. Sering juga ditegur sama sohib gue Benakribo. Tapi waktu itu gak gue gubris. Karena gue belum liat efek nyatanya. Melihat apa yang terjadi ama keponakan gue itu, gue jadi nyadar, ternyata karya seorang idola bisa sebegitu mempengaruhinya.

Memang, zaman sudah berbeda, anak-anak sekarang banyak yang tidak lagi mengikuti anime, lagu anak, maupun sinetron lagi. Banyak yang menghabiskan waktu dan kuotanya untuk nonton Youtube. Sehingga, sifat anak-anak zaman sekarang jelas berbeda dengan sifat anak-anak generasi sebelumnya.

Bagi anak 90an, mereka bangga dengan masa kecilnya yang indah, penuh dengan lagu anak-anak dan acara anak-anak di TV. Bagi generasi 2000an, sudah banyak dipergunjingkan karena sifat mereka yang mengikuti sinetron-sinetron dan acara musik yang hostnya ngondek dan konon "tidak mendidik".


Hingga akhirnya, di 2010 ke atas, beberapa orang mulai melakukan gerakan perlawanan atas acara-acara TV yang kurang mendidik dengan cara membuat konten sendiri via Youtube, yang konon lebih mendidik.

Pada awalnya, Youtube dan Vimeo memang sebuah media yang sangat menghibur dan mendidik di mata gue sebagai user biasa. Namun dengan naiknya popularitas Youtube karena mulai lancarnya internet Indonesia dan Smartphone yang bisa mengakses Youtube semakin terjangkau harganya, akhirnya Youtube menjadi pisau bermata dua.

Youtube bisa menjadi platform yang penuh ilmu, namun juga bisa menjadi platform yang penuh dengan penyakit. Tergantung konten macam apa yang sering dinikmati oleh penontonnya. Dari video-video kucing giting, sampe tutorial menciptakan bom pun ada di sana. Nah, kalo yang nonton orang yang sudah dewasa pola pikirnya, dia kemungkinan besar bisa menyaring isinya. Kalo yang nonton anak-anak? Mereka tidak akan bisa menyaring apa yang mereka lihat, tanpa peran orang tua.

Youtube lebih dari TV?

Makes sense... Tapi hal itu berlaku untuk segmen A & B, dan mungkin sebagian segmen C+. Di mana segmen-segmen itu cukup mampu untuk memiliki gadget yang support Youtube & beli kuota internet yang cukup gendut dan biasanya tinggal di daerah perkotaan atau suburban yang jaringan internetnya nggak mengenaskan. Tapi bagi sebagian segmen C & D, terutama di daerah-daerah yang jaringan internetnya masih GPRS, mereka masih menikmati acara-acara TV.

Dan inget, manula, ibu-ibu, bapak-bapak, masih lebih suka nonton Tukang Bubur Masuk ISIS dibanding nonton web-series. Jadi, kalo dibilang Youtube lebih dari TV sih, gue pikir belum. Segmen penonton TV masih lebih luas dibanding pengguna Youtube di Indonesia, mengingat jumlah rakyat miskin di negeri ini masih luar biasa. Yah, memang tak menutup kemungkinan, Penonton Youtube semakin bertambah, dan penikmat TV semakin berkurang di masa depan.

Menurut survey yang pernah gue baca, tahun 2013, Indonesia termasuk dalam sekitar 20% pengguna Youtube dunia. Gak heran, kita emang udah masuk ke taraf kecanduan internet. Berbagai sosial media kita coba. Gak percaya? Gue yakin ada yang punya ID Path, Facebook, Twitter, IG, Line, secara bersama-sama. Tenang.. Gue juga. Dan angka 20% ini gue yakin akan membesar terus ke depannya. Betapa mengerikan kalau nantinya Youtube benar-benar lebih dari TV, namun kualitas kontennya lebih rusak dari TV? Kebayang gak, kalau sampai smartphone kelak jatuh di tangan orang-orang yang tidak smart? Ditambah lagi, penonton Youtube Indonesia mayoritas adalah ABG dan remaja. Gak percaya? Liat aja Youtube Fan Fest taun kemarin. Banyakan yang dateng anak SMP dan SMA. Ngeri loh anak-anak usia mencari jati diri ini kalo sampe tersesat oleh info yang salah.

Oke.. Udah ngalor ngidul gak jelas, sebenernya gue mau ngomongin apa?

Gini.. Gue cuma mau mengajak semua pihak, baik itu content creator di Youtube ataupun penikmat Youtube untuk menyiapkan diri atas migrasi pengguna TV ke Youtube di masa depan.

Bagi para creator, marilah kita pahami bahwa Youtube adalah platform yang sangat mudah diakses oleh siapapun dengan gadget mereka. Untuk itu, mari kita ciptakan konten yang proper agar bisa dinikmati oleh segmen yang tepat sasarannya. I know, sebagian dari creators mungkin mikir, "Gue bebas berekspresi di akun gue sendiri dong! Kenapa diatur-atur?"

Oke.. Setuju, tapi tolong kembali diingat, kita main Youtube itu berawal dari keresahan kita akan acara-acara di TV yang tak mendidik, kan? Jangan sampai kita mengulangi kekurangan TV yang pernah kita sebalkan ini di Youtube. Yang artinya, kita gagal memperbaiki apa-apa. Kalopun mau mengupload konten-konten yang vulgar, tolong.. Tolong banget seenggaknya kasih Warning bahwa konten itu bukan buat bocah. Lebih baik lagi, kalo lo set video itu dengan fitur "age-restriction". Sehingga video itu gak bisa ditonton bocah-bocah yang belum cukup umur. Ada kok menunya di Advanced setting Video Manager Youtube.

Fitur itu akan memaksa orang yang mau nonton video vulgar untuk login dan diverifikasi usianya. Kalo gak cukup umur, display ini bakal nongol.

 

I know, bocah-bocah itu bisa memalsukan usianya untuk tetap menikmati video itu. Tapi, at least, kita udah menunjukkan bahwa kita tidak berusaha menyesatkan mereka dengan konten yang tak sesuai dengan usianya. Sisanya, adalah tanggung jawab orang tua. 

Jadi, marilah kita kembali ke semangat awal kita, 

"Acara TV gak ada yang mendidik? Lalu, sudahkan konten Youtube kita mendidik?"

Yah.. Gue tau, mendidik anak orang bukanlah kewajiban kita. Tapi gue sangat berharap, kalopun kita gak bisa mendidik, setidaknya janganlah merusak anak orang deh. Apa kita siap, jika suatu saat anak kita yang masih balita, kalimat pertamanya adalah "I don't give a f*ck, b*tch"?

Untuk para orang tua, gue lihat banyak yang bebasin anak main gadget, nonton Youtube, yang penting gak rewel. Please. Jangan secuek itu. Orang tua harus memperhatikan dan mendampingi anak-anak saat menikmati konten apapun di dunia internet. Jangan sampai anak-anak menikmati konten yang tidak tepat usia.



Gue sarankan, bagi para orang tua untuk menginstall Youtube Kids/Kids Videos for Youtube di mana isinya adalah konten-konten pilihan dari Youtube yang memang untuk anak-anak. Sehingga, anak-anak bisa tumbuh dengan wajar, tanpa mengikuti hal-hal kurang baik yang mereka anggap keren. Gue yakin, gak ada orang tua yang mau anaknya bikin bom sendiri dan meledakkan kandang ayam tetangga.

Atau, kalo masih tetep mau pake aplikasi native Youtube, pakai cara lain untuk mengarahkan konten-konten yang layak ditonton anak-anak. Dalam waktu senggang orang tua, pilihlah konten-konten anak-anak di Youtube, lalu klik menu Safe Offline. Lalu, saat anak-anak memegang gadget, pastikan gadget itu berada di Airplane Mode, sehingga mereka hanya bisa mengakses video-video yang sudah anda pilihkan sebelumnya, tanpa bisa nyasar ke video-video orang dewasa.

Gue ngomong gini karena resah banget. Beberapa minggu yang lalu, ada beberapa video film dewasa Korea yang isinya semi bokep di halaman "Trending" Youtube. Di mana, siapapun bisa nonton, tanpa perlu login. Termasuk adik lo, anak lo, ponakan lo, bisa ngebokep semua. Ini creator yang upload videonya terkutuk! Mau banget Youtube beneran diblock dari Indonesia karena meresahkan? Lalu kita terpaksa nonton acara-acara yang dipilih pemerintah doang?

Yap.. That's all I can say on this post. Maaf, jempol udah pegal ngetik. Soalnya ini gue ngepost dari hape. Semoga postingan ini bermanfaat dan bisa membuat kita semua sadar, bahwa teknologi gak cuma harus diikuti, tapi juga diwaspadai. Ingat, tulisan ini adalah sebuah ajakan, bukan pemaksaan, maupun perlawanan. The choice is yours. I ain't a saint. I did mistakes as well. Yet at least I try to make things better than yesterday. Would you do it too?

Buat yang mau liat konten-konten Youtube gue, silakan subscribe channel gue yah! Isinya webseries belajar bahasa Inggris, MotoVLog tentang sepeda motor custom, gadget/apps review, cerita bergambar yang inspiratif, dan DIY mainan-mainan hobby:


*tetep promo* *fakir subscribers*

Oiyah.. Lo ada pengalaman efek Youtube buat anak-anak kecil di sekitar lo? Tulis di kolom komentar ya! :)

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Youtube Lebih dari TV?"

Posting Komentar